-Originally posted by Edward Siringoringo to SMANSA90 mailing list on September 10, 2008 1:02:42 AM -
Aula Smansa 1989,
Lagu blues terbaik yang berkumandang di Smansa bukanlah dinyanyikan oleh Freddie Sinurat "si great voice" tapi dinyanyikan oleh Pak Silaban berdua dengan istri pada saat pesta perpisahan sekaligus pergantian kepala sekolah Smansa di aula Smansa pada tahun 1989.
Berdua Pak Silaban dan istri menyanyikan lagu 'Na Sonang do Hita Na Dua' lagu Batak legendaris yang sangat kental nuansa bluesnya yang liriknya begitu puitis dan menyentuh tentang cinta abadi sepasang anak manusia. Seperti kata Radjamin yang melakukan riset mendalam tentang musik blues sampai harus jauh2 ke Amerika sana, musik blues memang berisikan jeritan isi hati dari orang2 kulit hitam yang tertekan hidupnya.
Lagu yang dinyanyikan Pak Silaban tersebut juga menyuarakan isi hatinya yang mendalam tentang cinta yang tak berkesudahan alias cinta abadi terhadap sang istri dan dalam arti yang lebih luas cinta Pak Silaban yang begitu kuat terhadap dunia pendidikan khususnya terhadap Smansa.
Bersama kita telah mengetahui dan merasakan betapa Beliau itu merupakan kepala sekolah yang bukan hanya tegas dan berwibawa serta disegani oleh kita para muridnya tapi juga selalu tampil dengan sikap yang penuh kebapakan.
Di sisi lain, dengan niat baik dan penuh percaya diri, penganti Pak Silaban yaitu Pak Nasution juga tampil berdua dengan istrinya dalam sebuah lagu rock n' roll yang menghentak yang membuat semua ingin bergoyang, bergembira menyongsong suatu era baru yang lebih seru dan ceria yang lebih rileks dan santai.
Gaya Beliau waktu itu mengingatkan kita akan gaya vocalist Rolling Stones, Mick Jagger, yang saat ini dijiplak habis2an oleh vocalist the Changcuters band indie yang begitu populer saat ini di tanah air kita.
Pada waktu itu Pak Nasution menyanyikan lagu rock n' roll standard yang sangat populer sepanjang masa yang liriknya kira-kira begini: "........dimana- dimana anak kambing saya........ anak kambing saya........ ..."
Suasana di aula Smansa saat itu berubah jadi gegap gempita dan para gurupun mulai ikut bergoyang; ada yang betul2 menikmati dan ada yang dengan setengah hati, takut kalau2 ada intel yang mengawasi dan masa depan terancam di era yang baru saja dimulai ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment